Nguri-uri Budaya Masjidan Warga Dukuh Jetak Kedungduwo Kudus Dalam Rangka Memakmurkan Masjid
KUDUS - Sebuah tradisi tahunan yang diselenggarakan oleh warga Dukuh Jetak Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus yang biasa disebut oleh masyarakat setempat dengan istilah "Mapak Siji Ramadhan" (Masjidan) yang digelar pada Rabu, 26 Februari 2025 malam. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum melaksanakan ibadah puasa bulan Ramadhan yang digelar oleh pengurus Masjid Besar Darussalam.
Tradisi tersebut telah dikenal sejak zaman tokoh agama terdahulu dan merupakan sebuah budaya kearifan lokal yang selalu diperingati setiap tahunnya. Tradisi ini mengenalkan akan budaya kearifan lokal dengan ragam kegiatan Islami dengan menggandeng para Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) lokal sebagai miniatur Dandangan di Kudus.
Tampak Hadir dalam acara tersebut segenap pengurus Ta'mir Masjid Besar Darussalam Dukuh Jetak Jetak Kedungdowo diantaranya KH. Zainal Faqih, KH. Mahmud, H. Moh. Ahlis, KH. Ali Ihsan, H. Munthohar, Ketua Ta'mir Masjid Kyai Muhibbin, Segenap Pengurus Remaja Masjid, Pengurus Jam'iyyah Hidayatusy Syubban, Paris Putri, dan segenap warga sekitar.
Ketua Ta'mir Masjid Besar Darussalam Kyai Muhibbin dalam sambutannya mengatakan, tradisi Masjidan digelar pada hari kesatu atau kedua sebelum melaksanakan ibadah puasa pada Bulan Ramadhan.
Zaman dahulu tradisi ini di mulai dengan acara tabuh bedug dandang yang dilakukan oleh Ta'mir dan masyarakat Dukuh Jetak Kedungduwo setelah ba'dal Ashar dan masyarakat sekitar berbondong-bondong datang ke masjid untuk sekedar menyaksikan tabuh bedug atau menabuh bedug dandang hingga menjelang Maghrib.
Banyak anak-anak, remaja, orang tua baik laki-laki maupun perempuan yang datang ke masjid, maka berdatangan pula para pedagang untuk berjualan disekitar halaman masjid.
"Jadi tradisi Masjidan ini, menjadi suatu bentuk tradisi yang sudah ada sejak dahulu yang merupakan hasil adopsi yang diambil dari kebudayaan yang ditinggalkan oleh Sunan Kudus dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Dukuh Jetak Kedungdowo dengan versi yang berbeda tanpa menghilangkan unsur kebudayaan sebelumnya," katanya.
Kebudayaan sebelumnya yang dimaksud dapat dilihat dalam serangkaian acaranya yang masih terbilang sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat terdahulu yakni budaya tabuh bedug dandang, budaya ziarah makam hingga acara bazar UMKM yang diperkenalkan merupakan adopsi dari budaya yang terdahulu.
"Bedanya dahulu dengan sekarang cuma ada penambahan kegiatan kekinian, juga kegiatan sering dilaksanakan pada malam hari, kalau dahulu dilaksanakan pada sore hari setelah Ashar hingga menjelang adzan Maghrib," jelasnya.
Pada acara Masjidan kali ini, kita meriahkan dengan mendatangkan Group Rebana Jam'iyyah Addufuf Annida Mu'allimat Kudus.
"Itulah sedikit gambaran dari tradisi Masjidan yang diselenggarakan oleh Ta'mir Masjid Besar Darussalam sedikit perbedaan zaman dahulu dengan sekarang," Pungkasnya.
KH Ali Ihsan Pembina Ta'mir Masjid Besar Darussalam mengatakan, memang benar apa yang disampaikan ketua Ta'mir, bahwa tradisi ini sudah diperingati turun temurun. Masyarakat dukuh Jetak Kedungdowo, biasa menyebutnya dengan istilah "Masjidan".
Dirinya menyebut, tradisi ini merupakan miniatur tradisi Dandangan. Dimeriahkan dengan beragam bazar dengan menggandeng puluhan Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) lokal.
"Tahun ini Alhamdulillah bisa menggelar kembali tradisi Masjidan "Mapak Siji Ramadhan secara meriah, dengan menggandeng pelaku UMKM Lokal alias tonggo dewe," katanya.
Bisa kita saksikan antusiasme masyarakat hingga sekarang pun masih tinggi, sehingga tradisi turun-temurun ini masih tetap lestari dan terjaga dengan baik.
Tujuan dari tradisi ini pun juga sama yaitu bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat bahwa esok hari telah masuk pada bulan suci Ramadhan.
Hal ini merupakan bagian dari nguri-uri budaya sebuah tradisi merupakan wujud realisasi rasa syukur kepada Allah SWT atas datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H bertepatan dengan tahun 2025 M.
Mas Ali panggilan akrab KH. Ali Ihsan yang juga sekaligus DPRD Kudus Fraksi PKB berharap, tradisi semacam ini akan terus terjaga secara baik oleh para remaja sebagai generasi penerus Ta'mir Masjid Besar Darussalam yang juga sekaligus penerus bangsa, wajib memelihara tradisi Masjidan.
Sehingga warisan budaya daerah ini tidak hilang dan lekang oleh waktu dan zaman, karena ini merupakan warisan budaya yang baik perlu untuk dilestarikan selamanya.
"Nguri-nguri tradisi ini juga dalam rangka memakmurkan masjid sekaligus menjaga warisan tradisi para tokoh agama Islam pendahulu kita," pungkasnya.
Kemudian acara dibuka dengan tabuh bedug KH Ali Ihsan dengan mengucapkan Surat Al-fatihah dilanjut tabuh Bedug dan kembang Api. Kemudian dilanjut dengan penampilan Group Rebana Jam'iyyah Addufuf Annida Mu'allimat Kudus.
Sementara itu, Hasan Faliki salah satu pengunjung acara Masjidan mengungkapkan, dirinya senang hadir dalam kegiatan ini, sambil mengajak anak-anak jajan disini karena murah meriah dan sekaligus mengenang masa kecil saya dahulu sekalian mengenalkan pada anak-anak bahwa Jetak ada tradisi Masjidan.
"Sebuah tradisi yang unik dan menarik mirip dengan tradisi bedug dandang yang ada di Menara Kudus, sekaligus mengenang masa kecil," ungkapnya.
(Luq)
0 Komentar