Perjuangan GJL Tak Sia-sia, Mbah Wage Akhirnya Kembali di Tengah Keluarga Setelah Diasingkan Oknum Tak Bertanggung Jawab

PATI- Perjuangan GJL desa Karangwotan Pucakwangi tak sia-sia, Mbah Wage akhirnya kembali di tengah keluarga tercinta setelah diasingkan oknum tak bertanggung jawab dari rumah yang berdiri di atas tanah lahan miliknya, Rabo, 17/05/23.

Rumah Mirip Kandang Tempat Mbah Wage Diasingkan, Tanpa Air, Listrik dan Sanitasi, Tak Layak Untuk Singgah Manusia

Adi Sudarsono (45), Ketua GJL Karangwotan yang getol memperjuangkan hak Mbah Wage korban tindakan main hakim sendiri oleh warga setempat, tak tega melihat nasib Mbah Wage yang dituding sebagai ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) dan diasingkan di tengah sawah. Pasalnya tempat tempat tersebut jauh dari pemukiman tanpa fasilitas apapun.


"Bagaimana bisa, orang ditempatkan di lokasi yang jauh dari pemukiman, tanpa fasilitas apapun, tanpa air dan listrik, ini nggak manusiawi, andai itu bapak kita atau justru kita sendiri diperlukan seperti itu, bagaimana rasanya? Sedikit mikir Doong!!, Kasihan", ujar Adi Sudarsono berang.

Setelah viral dan menjadi polemik kisah pilu yang dialami Mbah Wage pada Senin 08/05/23, maka Camat Pucakwangi, Udhi Harsilo Nugroho, S.STP., M.Si., memfasilitasi mediasi untuk mencari solusi masalah mbah Wage.

Bertempat di rumah Sariyem Jono (adik Mbah Wage) RT 06 RW 02 Desa Karangwotan kec. Puncakwangi, Camat Udhi Harsilo mencoba memfasilitasi polemik tersebut. Mediasi ini melibatkan Kades Karangwotan beserta perangkat desa, Polsek Pucakwangi, Babinsa, Ketua GJL Karangwotan, Ketua RT beserta warga dan keluarga Wagiman.


Camat Pucakwangi Udhi Harsilo Nugroho, S.STP, M.Si mengatakan, bahwa hari ini (17/05) bersama Muspika dan Pemdes Karangwotan mengadakan mediasi masalah Mbah Wage.

“Hari ini kami mencoba mencari solusi masalah Mbah Wage, semoga mendapat solusi yang baik, agar Mbah Wage segera mendapatkan penanganan pengobatan”, tutur Camat.

Sementara, keluarga dari mbah Wage menyampaikan, apabila dititipkan di rumah singgah, keluarga tidak setuju dan agar dirawat oleh keluarga saja.

"Kami tidak setuju apabila dititipkan di rumah singgah, biar kami rawat di rumah saja, meskipun makan nasi dan garam nggak papa, dia sebagai ganti orang tua saya, biarlah bersama kami dan masalah pengobatan nanti bisa rawat jalan,” jelas Sariyem, keluarga mbah Wage.

Sementara, petugas Dinsos kabupaten Pati menyarankan agar Mbah Wage direhabilitasi di Panti, mumpung ada yang kosong. 

"Kami sudah koordinasi dengan Kepala Dinsos bahkan sudah menyampaikan pada Kadinsos Provinsi untuk pengobatan Mbah Wage ini, namun semua Itu tergantung keluarga, kami tidak bisa memaksa, jadi jangan sampai nanti di kemudian hari menyalahkan kami, Dinsos tidak tanggung jawab”, jelas petugas Dinsos.

Pada kesempatan tersebut juga sempat disinggung Sariyem yang sudah menyerahkan berkas untuk proses perpindahan identitas penduduk Wagiman yang sudah empat bulan, namun belum ada kabar.

"Berkas KTP dan KK mbah Wage sudah empat bulan saya serahkan kepada Bu Ita, perangkat desa Karangwotan, namun belum juga diurus, akhir nasib Mbah Wage seperti ini, terkatung katung", tutur Sariyem.

Sariyem juga menunjukkan bahwa tanah yang ditempati Mbah Wage itu sudah sertifikat.

"Sertifikat itu saya tunjukkan pada Bu Ita perangkat desa Karangwotan, jadi tanah tersebut benar-benar milik orang tua kami", tambah Sariyem.

Sumari, Kepala Desa Karangwotan, bahwa kewenangan ada pada keluarga dan tidak berani memaksa untuk dititipkan di rumah singgah. Sedangkan rumah yang dibongkar dan diasingkan di tengah sawah, Kepala Desa bertanggung jawab akan mengembalikan ke tempat semula.

Untuk sementara, Mbah Wage dirawat oleh keluarganya sendiri dan berobat jalan melalui puskesmas. 

Sedangkan rumah yang dipindahkan jauh dari pemukiman warga, sampai berita ini ditayangkan masih berada di tengah sawah dan belum dikembalikan di atas tanah milik Wagiman di RT 06 RW 02.

(Sumadi)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html