Perayaan Minggu Palma di Gereja Katolik Stella Maris Jepara
JEPARA- Ratusan Umat Katolik Paroki Stella Maris Jepara merayakan Minggu Palma dengan Melaksanakan perarakan sambil membawa daun Palma, Minggu (2/4/2023).
Perayaan Minggu Palma jatuh pada hari Minggu 2 April 2023, sebelum Paskah dan menandai dimulainya Pekan Suci. Yang kemudian berlanjut ke Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Paskah atau Minggu Paskah.
Pelaksanaan perarakan daun Palma ini dilaksanakan dengan mengambil titik jalur mulai dari SD Kanisius Jepara menuju Jalan Dr Sutomo hingga perempatan melewati jalan AR Hakim dan kemudian menuju Gereja Katolik Stella Maris Jepara.
Mengawali proses perarakan ini dilakukan dengan prosesi Misa pembukaan yang dipimpin oleh Pastor Andrianus Sulistyono MSF dan dilanjutkan dengan pemberkatan daun Palma yang kemudian dibagikan kepada umat untuk dipergunakan melambai kan daun tersebut, sebagai simbol atau sebuah ungkapan sorak-sorai yang diungkapkan jemaat pada saat Tuhan Yesus masuk ke kota Yerusalem.
Selama perarakan, umat mengikuti dengan khidmat dan dengan melambai-lambaikan daun palma di tangan umat berjalan berbaris menuju gereja sambil menyanyikan puji-pujian oleh seluruh umat dan kelompok Koor dari Lingkungan Paulus.
Nyanyian merdu “Yerusalem…Yerusalem lihatlah Rajamu” menggema di semua gereja katolik.
Minggu Palma menjadi suatu perayaan yang yang menampilkan dua sisi pengalaman hidup Yesus yang sangat bertolak belakang,
bahwa di dalam kemeriahan sorak-sorai penyambutan Yesus sebagai Raja,
selanjutnya ada derita dalam diri Yesus yang harus Ia tanggung. Inilah menjadi permulaan rentetan kisah sengsara hingga wafatnya Juruselamat di kayu salib, dan hingga bangkit kembali.
Tarsicius Sdi Prasetya Bidang pewarta pariki Stella Maris mengatakan , perarakan dikandung maksud agar umat mengalami pengalaman rohani yang sama seperti dialami oleh orang-orang Yerusalem saat menyambut Yesus menantikan kedatangannya dielu elukan sebagai Raja,
tapi akhirnya menjatuhkan Yesus dengan membunuh dan menyalib
"Nah keikutsertaan kita merupakan gambaran kita sebagai umat sekarang bagaimana umat dahulu umat sekarang sebagai manusia tidak pernah lepas dari permasalahan membenci menghujat dan yang lain sebagainya," terang Adi
Setibanya di gereja, dengan tertib rombongan arak-arakan masuk ke dalam gedung gereja. Umat langsung memadati gedung gereja
Demikian berlangsung hingga kemudian acara berlanjut ke dalam Gereja, pada momen ini kita dapat melihat bagaimana perlakuan sebaliknya yang dialami oleh Yesus, Ia ditolak, dihina, diperlakukan secara tidak adil bahkan dijatuhi hukuman mati meski tidak bersalah. Kisah sengsara Tuhan Yesus dari Injil Matius yang diangkat oleh Bapak Iskak Nur cahyono
Mbak Stefani Gita capti dan Mas
Aldo dengan baik dan jelas.
Hal ini layak menjadi permenungan bagi umat ber-iman untuk selalu menyiapkan batin dalam menapaki perjalanan hidup baik keadaan bahagia maupun sulit. Kegembiraan dan kesedihan yang dialami silih berganti bahkan datang bersamaan selayaknya menjadi bahan permenungan kita untuk selalu berserah diri dan berharap pada kehendak Allah.
Hal ini dipertegas lagi oleh Pastor Andrianus Sulistiono MSF lewat homilinya, beliau mengangkat magna daun palma dalam prosesi minggu palma.
Mengapa Palma atau palem bermagna kemenangan atau kedamaian, dan kesederhanaan, maka ketika palem di ayun ayunkan diangkat kita mau mewartakan damai dan Yesus masuk Yerusalem diimani sebagai raja damai, maka orang Katolik harus jadi pembawa Damai jangan menjadi pembawa masalah. kata romo Andrianus Sulistyono MSF.
Selanjutnya romo Andreanus Sulityono, MSF, atau akrab di sapa Rm. Andre mengapa Yesus menaiki Keledai betina muda atau belu,
Dalam rangka kedatangan-Nya ke Yerusalem, Dia memerlukan keledai sebagai alat transportasi-Nya. Dia menggunakan milik umat Israel dengan menyuruh murid-Nya untuk melepaskan seekor keledai sebagai alat transportasi-Nya.
Alasan mengapa Yesus menggunakan transportasi keledai adalah Yesus hendak memenuhi nubuat dalam kitab suci, khususnya dalam kitab nabi Zakharia 9:9 yang menyatakan bahwa Mesias akan datang ke Yerusalem dengan naik keledai.
Selain itu, pemilihan kendaraan yang sederhana dan biasa seperti keledai juga dapat menunjukkan sikap kerendahan hati dan kesederhanaan Yesus sebagai pemimpin. Dalam peristiwa ini, Yesus tidak memilih untuk naik kuda, yang pada waktu itu merupakan simbol kekuasaan dan kehormatan. Dengan menggunakan kendaraan yang sederhana seperti keledai, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya dan umat-Nya untuk mengutamakan kesederhanaan dan kepatuhan kepada kehendak Allah, kata Rm. Andre dalam kotbahnya
Mengapa warna liturgi kita marwa merah
karenanya, warna merah dimaknai sebagai penumpahan darah kemartiran kesaksian, pengorbanan, keberanian dan kasih yg tanpa batas sebagai saksi saksi iman, sebagaimana Yesus sendiri menumpahkan darahNya bagi kehidupan dunia," pungkasnya.
Semoga perayaan Minggu Palma ini membantu kita dalam membangun relasi yang baik dengan Tuhan dan Sesama.
(Petrus)
0 Komentar