Rakorda Sosialisasi Sensus Pertanian 2023 Dibuka Oleh Kepala BPS Provinsi Jateng
SURAKARTA - Rakorda Sosilisasi Sensus Pertanian 2023 Provinsi Jawa Tengah yang melibatkan BPS Kabupaten/Kota, Dinas/OPD Provinsi Jawa Tengah, Dinas/OPD Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, Komunitas/Kelompok Usaha Pertanian Jawa Tengah, Akademisi, dan Media sebagai salah satu upaya penyebarluasan informasi kegiatan ST2023 yang akan dilaksanakan pada Tahun 2023.
Hal ini di sampaikan oleh Kepala BPS Propinsi Jawa Tengan pada acara pembukaan Rapat Kordinasi Daerah (Rakorda) Sensus Pertanian 2023 Adhi Wiriyana di Hotel Sunan Surakarta (21/12/2022)
Dalam sambutan pembukaan Adhi Wiriyana selaku Kepala BPS Propinsi Jawa Tengah, mengatakan Indonesia memiliki peran strategis dalam sistem pertanian dan pangan global. Dengan jumlah populasi penduduk sebanyak 270,2 juta jiwa yang didominasi oleh penduduk usia produktif (70,72 persen) yang cenderung konsumtif, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar komoditas pangan terbesar di dunia. Disamping itu Indonesia merupakan produsen utama (main suppliers) global sejumlah komoditas pertanian strategis, dengan Luas lahan baku sawah pada tahun 2019 telah mencapai 7,46 juta hektar dan budidaya pertanian pada tahun 2018 telah melibatkan sekitar 27,68 juta rumah tangga, dengan komoditas pertanian strategis dengan kontribusi yang cukup besar antara lain kelapa sawit, padi, kakao dan produk perikanan. Hakl tersebut menyebabkan transformasi sistem pertanian dan pangan Indonesia menentukan masa depan pangan dan pertanian dunia.
Ternyata saat pandemi, sektor pertanian menjadi salah satu katup pengaman ekonomi Indonesia. Sektor pertanian memiliki peranan penting selama pandemic covid-19. Pada saat sebagian sektor lain tumbuh negatif, pertanian tetap tumbuh positif 13,28 persen. Ini memberikan kontribusi dalam menghambat kemerosotan ekonomi Indonesia, yang secara keseluruhan pada tahun 2020 tumbuh negatif. Kontribusi pertanian lain: menjadi penampung tenaga kerja yang di PHK dari sektor lain dan juga menambah angkatan kerja baru yang masuk ke pertanian. Sektor pertanian menjadi tumpuan bagi low skilled labours dan menjadi bantalan ketenaga kerjaan selama pandemi. Serapan tenaga kerja di sektor pertanian tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya (sekitar 29,96% pada Februari 2022). Dalam hal perdagangan luar negeri, Ekspor produk pertanian dan olahannya merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada masa pandemi (68% pada 2020 dan 65% pada 2021). Dari sisi harga, ditengah krisis pangan dan energi global, sektor pertanian memiliki peran krusial meredam tekanan inflasi yang dipicu komponen pangan bergejolak (volatile foods),
Selanjutnya Adhi Wiriyana yang akrab di sapa Pak Adhi, menyampaikan bahwa tidak hanya pertanian Nasional, sektor pertanian Jawa Tengah juga memiliki peranan penting, antara lain :
Sektor pertanian Jawa Tengah pada tahun 2021 memberikan sumbangan terhadap PDB nasional sebesar 9,07 persen
Sektor pertanian memberikan sumbangan tertinggi kedua setelah sektor industry terhadap PDRB Jawa Tengah Tahun 2021 sebesar 13,86 persen.
Pada masa pandemic covid-19 tahun 2020, sektor Pertanian mampu tumbuh positif sebesar 2,40 persen
Serapan tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Tengah merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 23,74 persen
Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS 2018) menunjukkan sekitar 40 50 persen rumah tangga (4,5 juta ruta) adalah rumah tangga pertanian
Dilevel nasional, potensi pertanian Jawa Tengah antara lain :
Tanaman pangan berada pada level tiga besar.
Hortikultura mempunyai kontribusi terbesar.
Peternakan berada pada posisi kedua
Hal ini menyebabkan sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional atau dikenal dengan sebutan lumbung pangan nasional.
Besarnya potensi sektor pertanian, Kebutuhan akan ketersediaan data pertanian yang lengkap dan komprehensif di level regional maupun level nasional sangat dibutuhkan.
Sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 yang menyebutkan : Data statistik dasar sektor pertanian secara lengkap dan menyeluruh dikumpulkan melalui kegiatan Sensus Pertanian serta Rekomendasi FAO dan Amanat UU. No. 16 Tahun 1997 (10 tahun sekali tiap tahun berakhiran 3).
Penyelenggaraan Sensus Pertanian dilakukan oleh BPS sejak tahun 1963, Sensus Pertanian 2023 (ST2023) adalah yang ketujuh. Hasil Sensus Pertanian 2023 merupakan pijakan untuk merancang masa depan (pathways) pertanian dan pangan ke depan. Hal ini tergambar dari tujuan ST2023 antara lain :
Memotret perubahan struktur pertanian Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir
Menyediakan kerangka sampel bagi survei-survei yang akan dilaksanakan di antara dua sensus untuk mengumpulkan statistik pertanian yang lebih rinci
Menyediakan data yang digunakan sebagai benchmark dan rekonsiliasi statistik pertanian yang ada
Variabel yang dibutuhkan untuk kelengkapan data pertanian berkembang sangat dinamis, sehingga ST2023 telah berstandar internasional, mengacu kepada program FAO yang dikenal dengan: WCA2020 (World Programme for the Census of Agriculture) dan telah dilengkapi dengan 10 variabel pokok dan 4 variabel frame.
Kesepuluh variabel pokok tersebut antara lain : Tujuan utama usaha, Kegiatan ekonomi lainnya dari rumah tangga, Luas lahan menurut tipe kepemilikan, Lahan yang benar-benar diirigasi, Penggunaan pupuk menurut jenis, Penggunaan pestisida, Jumlah ART berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, Apakah usaha pertanian adalah kegiatan utama, Lamanya bekerja serta Lama bekerja berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan 4 varibel frame antara lain : Kegiatan ekonomi rumah tangga lainnya, Lahan pertanian di bawah tutup/pelindung, Penggunaan benih yang dimodifikasi secara genetis (GM) dan Praktek kegiatan agroforestry.
Persiapan ST2023 yang telah dilakukan BPS antara lain pada tahun 2020 dengan menyusun Grand Design ST2023, dilanjutkan pada tahun 2021 Uji Coba I, Uji Coba II, dan Gladi Kotor serta tahun 2022 dengan Gladi bersih dan Kick-off Publisitas. Sedangkan pada tahun 2023 akan dilaksanakan Pencacahan Lapangan Lengkap (1-31 Mei 2023) dan Pelaksanan Survei Ekonomi Pertanian. Sedangkan kegiatan publisitas ST2023 akan dilaksanakan pada tahun 2024.
Pada Sensus Pertanian 2023, subsector yang akan dicakup antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan dan jasa pertanian. Sedangkan cakupan unit usaha pertanian adalah Usaha Pertanian Perorangan (UTP), Usaha Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL). ST2023 akan dilaksanakan diseluruh wialayah Indonesia, pada 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota.
Metode yang digunakan dalam pendataan ST2023 antara lain
Door to door untuk daerah konsentrasi dan Snowball untuk daerah non konsentrasi serta pencacahan lengkap untuk Usaha Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPBH) dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL). Moda pendataan yang digunakan adalah PAPI (Paper Assisted Personal Interviewing), CAPI (Computer Assisted Personal Interviewing) serta CAWI (Computer Assisted Web Interviewing).
Data yang dikumpulkan pada ST2023 antara lain : Data Pokok Pertanian Nasional dilengkapi data yang dapat menjawab isu strategis terkini di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan, salah satunya Urban Farming, Petani Gurem, Indikator SDGs Pertanian, Small Scale Food Producer (Petani Skala Kecil) sesuai standar FAO serta Geospasial Statistik Pertanian
Data yang dikumpulkan dalam ST2023 diharapkan mampu meningkatkan Kualitas Desain Kebijakan Strategis Pembangunan Pertanian Nasional, antara lain :
Reformasi penyaluran subsidi pupuk melalui perbaikan data targeting
Perbaikan tata kelola basis data pertanian
Pengendalian laju konversi lahan pertanian, khususnya sawah
Rekrutmen petani milenial untuk mendorong regenerasi petani
Kesejahteraan petani dan kedaulatan pangan
Peningkatan kesejahteraan masyarakat petani kawasan hutan melalui Program Perhutanan Sosial
Modernisasi sektor pertanian melalui adopsi mekanisasi modern dan digitalisasi pertanian (smart farming 4.0)
Di tingkat pusat telah dilaksanakan kolaborasi dan koordinasi, dengan sinergi Penyiapan dan Pemanfaatan Data K/L untuk Prelist ST2023 sehingga dihasilkan pre list ST2023, yang akan digunakan untuk pendataan ST2023 di daerah, dengan Intermediate Output berupa Konversi Kartu Keluarga ke Rumah Tangga dan Output Utama berupa Data potensi desa yang berbasis pertanian secara spasial yang memenuhi agenda global menuju Pertanian Berkelanjutan. Outcome ST2023 antara lain : Frame Survei Pertanian, Seperti Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) yang dilaksanakan secara rotasi dan berkala, Satu Data Pertanian yang dapat dibagi pakaikan ke ke K/L terkait serta Informasi dan insight untuk mendukung kebijakan sektoral di bidang pertanian. Kolaborasi dan koordinasi ditingkat pusat seyogyanya kita lanjutkan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Kegiatan ST2023 ini juga telah mendapatkan dukungan dari Komisi XI DPR RI. Dukungan ini menunjukkan betapa pentingnya pemenuhan data-data indikator pembangunan pertanian Indonesia dalam rangka menjamin pemenuhan produksi dan kesejahteraan petani.
Adhi Wiriyana selanjutnya memintaST2023 MILIK KITA BERSAMA. Partisipasi aktif semua elemen masyarakat sangat menentukan keberhasilan Sensus Pertanian 2023. Hal tersebut dapat dilakukan melalui Penyebarluasan Informasi melalui kanal-kanal komunikasi yang dimiliki (media online, website, media sosial, WAG, serta media lainnya), Dukungan Sosialisasi berupa Aktif sebagai agen sosialisasi di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja serta menerima dan memberikan jawaban yang benar kepada petugas.
Saya mengajak seluruh peserta Rapat Koordinasi Daerah Sensus Pertanian 2023 ini untuk turut serta mensukseskan pelaksanaan Sensus Pertanian 2023. Kini saatnya kita bergandengan tangan untuk berkolaborasi bersama untuk Mencatat Pertanian Indonesia Untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani, pungkas pak Adhi.
(Redaksi Suprapto)
0 Komentar