LPKS Yeongniheyo Pati Berikan Diklat Pada 100 Siswa Guna Persiapan Ujian Tahun 2023 Mendatang
PATI, JATENG- LPKS Yeongniheyo Pohijo Pati yang dimanageri oleh Rery Jarwanto, bekerja sama dengan LKNP Pati dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) selenggarakan Diklat Teknis Penangkapan Ikan Di Laut serta penangkapan ikan di atas kapal, untuk para calon tenaga migran Indonesia ke Korea Selatan pada sektor fishing, Selasa, 4/10/22.
Pelatihan ini disentralkan di Kantor LKNP Pati yang beralamat di desa Trimulyo Juwana, dalam rangka mendapatkan kompetensi dan pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia, yang akan berangkat ke luar negeri, khususnya Korea.
Hal ini perlu dilakukan, pasalnya dalam waktu dekat ini, sejumlah seratus siswa yang belajar di LPKS tersebut akan segera mengikuti ujian seleksi EPS (Employment Permit System) Topik di sektor perikanan pada tahun 2023, yang dipersiapkan untuk bekerja ke negara tujuan yakni Korea Selatan, usai mendapatkan BST atau Basic Safety Training.
Rery Selaku Owner dan Manager LPKS ini menerangkan, setelah BST akan dilaksanakan pelatihan selama 120 jam dalam 10 hari, yaitu pelatihan tangkap ikan, menebar jaring, menata ikan, dan latihan berenang. Hal tersebut akan diuji oleh ase sore BNSP, baru setelah itu dikeluarkan sertifikat uji kompotensi LSP KP penangkapan ikan.
LPKS Yeongniheyo ini berdiri sejak Juni 2016, dengan menjalankan program yang mengacu kepada standarisasi industri sesuai bidangnya, baik secara nasional maupun internasional, melalui mekanisme Program G to G lewat kerja sama antara Pemerintah Indonesia BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) dan Pemerintah Korea (HRD KOREA).
LPKS yang bekedudukan di Jalan Raya Juwana Tayu Km. 14 Desa Pohijo RT 05 RW 01 Kecamatan Margoyoso ini, telah memberangkatkan 290 alumninya untuk menjadi Pekerja Migran di Korea pada sektor fishing.
Pudjiono Kepala BP3MI Jateng mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan Diklat dan pembekalan para siswa LPKS tersebut, hal ini mengacu pada undang-undang 18 tahun 2017 tentang pelindungan tenaga migran Indonesia.
"Kami dari BP3MI Jateng menyambut baik acara ini, karena LKNP ini menyiapkan kopetensi bagi calon pekerja migran yang ingin kerja ke Korea, Khususnya sektor vishing, peserta sejumlah 100 Orang, Sesungguhnya kopetensi ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah Kabupaten/ Kota, akan tetapi apabila pemerintah daerah belum mampu untuk menyelenggarakan, maka dapat bekerja sama dengan lembaga swasta yang terakreditasi", beber Pudjiono.
Sementara itu, Tri Mulyanto Kepala Bidang Penempatan Pengembangan Tenaga Kerja Disnakertrans Pati menghimbau kepada semua siswa agar ikut pelatihan ini secara sungguh-sungguh, karena ini untuk dirinya sendiri, dalam rangka mendapatkan kompetensi dan pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia.
"LKNP ini merupakan lembaga swasta yang tentunya kami dari pemerintah mengapresiasi karena ikut bersama-sama menyiapkan kompetensi calon pekerja migran Indonesia khususnya di sektor vishing, hal inilah yang perlu dilakukan oleh temen-temen, baik dari swasta, yang ikut berpartisipasi untuk menyiapkan. Kami sangat apresiasi terhadap LKNP Pati ini", papar Tri Mulyanto.
Menurut Pudjiono, akhir-akhir ini ada beberapa yang bekerja ke Korea di sektor vishing ini mereka kabur untuk pindah ke sektor manufaktur, ini memang, ada beberapa yang tidak mendapatkan bekal, atau memang tidak punya niat untuk bekerja di sektor vishing.
Makanya di LKNP ini untuk memastikan bahwa yang ingin memilih sektor vishing itu disiapkan kopetensinya.
Selama ini kami lihat, di LKNP ini proses pelatihannya cukup baik, termasuk praktek ke laut, maupun yang lain, ini adalah proses untuk menuju ke kompetensi.
Adapun informasi perihal adanya penyekapan tenaga migran di Kamboja, itu karena mereka berangkat secara non prosedural dan ilegal. Untuk itu, bagi calon tenaga migran Indonesia yang mau berangkat kerja ke luar negeri, agar dipastikan bahwa benar benar mengikuti agen atau sekolah yang legal dan prosedural.
Sri Mulyanto, Kepala Bidang Pengembangan Dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, menerangkan bahwa untuk bekerja ke luar negeri itu, syaratnya harus punya kopetensi. Karena persaingan dengan negara lain, seperti yang di timur tengah itu kan banyak yang dari Philipina, karena skilnya bagus,
Tidak hanya di Korea, di Jepang pun, perawat Indonesia paling disukai sebab pekerja kita itu tekun.
Pasca bekerja di luar negeri kita ada perlindungan pasca, kami berikan pembekalan, baik kewirausahaan, atau pekerjaan lain itu ada anggaran dari daerah. Ada pelatihan BLK gratis.
Harapan ke depan, kegiatan seperti ini harus benar dilaksanakan, tidak hanya sekedar berjalan normal, BST yang dulunya bersifat nasional, mungkin nanti kita tingkatkan jadi BST umum.
(Sumadi)
0 Komentar