Kades Hardi Tebar Ribuan Bibit Nila Dan Munjaer Di Situs Pemandian Permaisuri Angleng Darma Malowopati
PATI- Suhardi, S.H., Kepala Desa Baleadi Kecamatan Sukolilo, tebar ribuan benih ikan nila di pemandian Sumber Beji malowopati yang lazim disebut Mlawat, masuk desa Baleadi yang dipimpinnya, Minggu, 25/922.
Sumber Beji ini dibeteng setinggi orang dewasa, berbentuk undag atau trap, mengelilingi sumber pemandian tersebut.
Selain sebagai pemandian dan destinasi wisata, Beteng yang sekaligus sebagai bangunan embung tersebut memiliki kapasitas air yang mampu mengairi tanah pertanian seluas 200 ha. Hardi berharap ada campur tangan pemerintah untuk bagaimana lokasi ini menjadi destinasi wisata yang dikenal baik regeonal maupun nasional dan bernilai ekonomis serta mampu meningkatkan kesejahteraan kesejahteraan warga setempat.
Sumber Beji terletak di sebelah barat Kali Jratun Seluna, yang dibangun era Presiden Soeharto sekitar tahun 1984, 14 tahun sebelum tumbangnya rezim Orde Baru. Posisi sumber ini berada di bawah kali Jratun Seluna cukup dalam, sehingga untuk sampai ke lokasi sumber Beji harus turun cukup curam. Namun, baik Sepeda Motor maupun mobil tetap bisa menjangkaunya.
Pagi itu, pukul 10.15 wib, Suhardi Kades bersama Ketua BPD dan Mbah Anwar (49), datang ke lokasi wisata sumber Beji ini, dengan membawa ribuan bibit nila untuk ditaburkan di pemandian di sebelah hamparan sawah nan luas tersebut.
Mbah Anwar, begitu warga menyapa, seorang pengusaha gedung walet ini, memiliki kolam ikan di dalam bagian bawah gedung walet yang berisi ribuan ikan nila. Sebagai seorang yang cinta alam dan lingkungan, dia hibahkan ribuan bibit Nilanya untuk ditabur di sumber yang konon adalah tempat mandinya Setiyowati putra begawan ciptoning, permaisuri Prabu Angleng Darma kala itu.
Dengan ini Hardi Kades Baleadi berharap agar sumber ini nanti kaya akan biota air dengan nila yang ditaburkan dapat beranak Pinak. Hal ini selain guna keindahan alam sumber Beji, juga ke depan bisa dimanfaatkan warga maupun wisatawan sebagai penyaluran hobi mancing maupun menangkap ikan tanpa alat, baik jaring atupun jala.
Demi kelestarian ekosistem di dalamnya, mulai hari ini, Hardi sebagai pucuk pimpinan desa Baleadi, memberlakukan larangan ambil ikan di lokasi tersebut, baik pakai setrum (ngethet), pakai jala, pakai jaring, semua dilarang, pasalnya, ini untuk kepentingan umum yang harus dijaga bersama.
"Mulai sekarang anak cucu silahkan mandi di sini, tapi harus dipandu, sebab airnya cukup dalam, Ayo Mbah Anwar, ditabur semua bibitnya, jangan tinggi-tinggi Mbah, biar gak mati", ucap Hardi sambil shoting penaburan bibit ikan.
"Mulai hari ini, semuanya dilarang menggunakan alat untuk ambil ikan di sini, baik ngethet, jala, ataupun jaring, nanti kalau sudah besar biar kita bisa mancing bareng", tegas Hardi.
"Sebenarnya pemandian ini indah kalau kita kelola dengan baik, selain itu, tempat ini merupakan tempat bersejarah sebagai tempat mandinya Permaisuri Prabu Angleng Darma, yaitu Setiyowati, untuk itu mari kita jaga bersama untuk melestarikannya", beber Hardi.
(Sumadi)
0 Komentar