Minyak Goreng di Blora Masih Terbatas, Meski Operasi Pasar Sudah Digencarkan.


BLORA-pertapakendeng.com, – Stok minyak goreng di sejumlah pasar tradisional dan pertokoan di Blora masih terbatas. Meski demikian masyarakat terbantu dengan adanya operasi pasar yang diselenggarakan pemerintah.


Hal itu disampaikan pemerhati sosial yang juga mantan Sekda Blora, Bambang Sulistya ketika mengunjungi sejumlah pasar tradisional dan pertokoan.


"Agar bisa memberikan gambaran secara realistis keadaan di lapangan saya selama dua hari, Pasar Rajawali, Swalayan Luwes, toko Indomart, Alfamart dan toko Corner 7 di Kota Blora hanya ingin mengetahui apakah ada stok minyak goreng yang bisa dibeli oleh anggota masyarakat,” jelas Bambang Sulistya di Blora, Jumat (4/3/2022).


Menurutnya, saat itu di pasar tradisional ditemui kemasan minyak dalam jumlah yang terbatas dengan harga lebih tinggi dari HET minyak goreng yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara di toko-toko agen kosong karena belum ada pasokan.


“Namun keadaan masyarakat di Blora masih kondusif karena dijamin adanya operasi pasar dan sudah terjadwal pemasokan minyak goreng ke toko-toko tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga Rp14.000/kg,” jelasnya.


Walau harus antri satu persatu seperti saat kita mengikuti pencoblosan Pemilu, setelah membeli salah satu jari tangan dicelupkan ke botol tinta.


“Kemudian setelah saya melihat fakta di lapangan kini muncul sebuah pertanyaan sebenarnya siapa yang lagi menggoreng minyak goreng,” ucapnya.


Dirinya pun merunut, sejak masa pandemi COVID-19 merebak sampai hari ini memasuki tahun omicron, dugaan berbagai kegaduhan berita silih berganti.


Bahkan akhir-akhir ini tensi semakin tinggi dan intensif sehingga ketenangan dan kedamaian kehidupan di masyarakat mulai terganggu dan bisa menimbulkan keresahan, kepanikan dan ketakutan.


“Sepertinya kondisi saat ini istilah goreng menggoreng berita sedang menjadi budaya baru yang ngetren dan  ngetop.Berita yang biasa saja bisa digoreng menjadi luar biasa apalagi kalau berita yang muncul sudah memiliki koten atau kadar yang mengkaitkan dengan isu politik, suku, agama, ras dan antar golongan(SARA) gorenganya bisa dipastikan dapat menimbulkan suasana makin heboh dan seru,” ungkapnya.  


Menurutnya, adanya berbagai berita tentang virus corona varian Omicron, wayang kulit, kebijakan volume pengeras suara adzan, harga kedelai naik, harga daging sapi melejit, penundaan Pemilu dan menghilangnya minyak goreng di pasaran menjadi narasi dan konsumsi menarik untuk bahan baku gorengan berita di masa pandemi.


Terutama berkaitan dengan berita langkanya minyak goreng sampai ada yang mengatakan saat ini suasana di masyarakat sedang merasakan dampaknya "Gorengan Minyak Goreng".


Sementara itu menurut Singgih Hartono seorang pengusaha, pengamat sosial yang kritis dan sekaligus Ketua  LSM AMPERA di Kabupaten Blora mengatakan kelangkaan minyak goreng saat ini dipicu oleh beberapa hal.


Di antaranya, pertama naiknya minyak nabati CPO (Crude Palm Oil) yang merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati masyarakat dunia.


Saat ini harga CPO naik dari USD 1100 menjadi USD 1340 sebagai akibatnya produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri dibanding kedalam negeri.


Kedua, adanya mafia di dalam pendistribusian minyak goreng, mestinya skema distribusi minyak goreng sesuai alur yang ada, yaitu mulai dari produsen ke distributor kemudian subdistributor, agen, supliyer hingga konsumen.


Namun kenyataan tidak seperti diharapkan malah terjadi berbagai dugaan penyimpangan seperti kasus penimbunan minyak goreng terbesar di Gudang PT Salim Ivomas Pratama Tbk di Provinsi Sumatra Utara.


Pihak Kepolisian menemukan tumpukan minyak goreng di tengah kelangkaan sebanyak 1.138.361 kg di gudang tersebut.


Ketiga, kelangkaan minyak goreng di pasaran tidak terlepas dari mekanisme penawaran dan permintaan. Minyak goreng langka karena ada kenaikan dari sisi permintaan(demand) dan menurun dari sisi penawaran (Supply).


Selanjutnya, kelima, karena kepanikan pembeli mengingat sejak adanya pandemi COVID-19, masyarakat Indonesia cenderung sering terbawa arus panik dan secara tidak terkendali memberi barang langka dalam jumlah yang banyak sekaligus.


Dan hal ini akan menimbulkan keresahan, ketakutan dan kegaduhan. Solusi untuk mengatasi kondisi yang sudah carut marut ini maka perlu diintensifkan operasi pasar karena pemerintah punya cadangan minyak goreng yang cukup.


Berdasarkan kebutuhan rata rata minyak goreng secara Nasional sekitar 11 juta liter per bulan. Namun pemerintah sudah menggandakan produksi menjadi 20 juta liter.


Artinya ketersediakan minyak goreng cukup berlebih.Kalau perlu diadakan kebijakan berupa operasi industri untuk menyelesaikan kelangkaan minyak goreng.


Mengingat dengan kebijakan tersebut kita bisa langsung mengawasi aktivitas produsen minyak goreng sampai mencermati jalur distribusi.


Dari pengamatan bisa ketemu dimana mandeknya rantai penyaluran minyak goreng di tengah masyarakat. Kemudian yang tidak kalah penting dilakukan penegakan hukum bagi yang melakukan penyimpangan dengan penimbunan minyak goreng diberi sanksi dan hukuman yang berat.


Ingat sebuah pepatah Siapa yang bermain api pasti akan kena api sendiri dan bisa jadi siapa yang akan menggoreng minyak goreng bakal kena gorengan sendiri.


"Karena gorengan minyak goreng akan menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan wong cilik yang saat ini menderita dan mendelik akibat dampak COVID-19 yang belum tahu pandemi kapan akan berakhir,” kata Bambang Sulistya. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).

(Sukisman)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html