Pemerintah Harus Buat Surat Jaminan Untuk Masyarakat Yang Divaksin
Ikatan Muslimin Aceh Meudaulat (IMAM), Tgk Muslim At Thahiri
Pertapakendeng.com,
BANDA ACEH- Beberapa video beredar di medsos perihal beberapa orang yang pingsan maupun lumpuh usai divaksin, membuat masyarakat khawatir untuk mengikuti program Vaksinasi pemerintah. Dimana, resiko program pemerintah ini banyak dialami oleh penerima vaksin, namun sejauh ini belum ada peraturan yang mengatur tentang jaminan dan tanggung jawab perintah terhadap resiko yang dialami oleh penerima vaksin.
Beberapa waktu lalu publik dihebohkan terkait adanya siswi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Lhokseumawe, Khana Darasa Naswa (15) tumbang usai di vaksin, yang dilaksanakan di sekolah setempat, Rabu (22/9) kemarin.
Informasi diperoleh, siswi tersebut masih duduk bangku kelas I di SMK Negeri 1 Lhokseumawe. Usai mendapat suntikan vaksin, ia terpaksa dirawat ke Rumah Sakit Umum Melati, Kota Lhokseumawe.
Menyikapi hal tersebut, Ikatan Muslimin Aceh Meudaulat (IMAM) Tgk Muslim At Thahiri angkat suara.
Tgk Muslim meminta, semua pihak terkait tidak lagi meniru gaya (penjajah-red) dalam menjalankan program vaksinasi.
"Terutama dalam hal vaksinasi siswa atau santri, jangan asal vaksin," kata Muslim, Jum'at 24 September 2021.
Muslim menjelaskan, jika mau divaksin siswa, terlebih dahulu minta surat persetujuan orang tua/wali.
Selain itu, Muslim juga meminta pemerintah harus membuat surat jaminan diatas materai yang ditandatangani oleh Walikota, Bupati dan Gubernur, soal jika terjadi sesuatu setelah di vaksin, Pemerintah akan bertanggungjawab sepenuhnya.
"Jika ada korban, pemerintah harus siap membayar seratus unta untuk korban vaksin, karna nyawa manusia tidak bisa dipermainkan, begitu pula jika lumpuh, negara akan menanggung sepenuhnya biaya seumur hidup, agar semua wali siswa/santri tidak was-was", tegasnya.
Muslim mempertanyakan soal vaksinasi yang dinilai begitu dipaksakan. "Padahal cara menjauh, menghilangkan, dan memutuskan rantai Covid bukan cuma dengan vaksin, masing-masing punya keyakinan dan punya cara sendiri, karna tidak semua orang sakit yang sama bisa di obati dengan obat yang sama,"sebutnya.
Lanjutnya, seandainya setiap sakit yang sama bisa diobati dengan obat yang sama, maka tidak ada orang yang meninggal di rumah sakit dan tidak ada orang yang gagal pengobatan di Rumah sakit, tetapi nyatanya banyak orang tidak bisa sembuh walau telah di obati.
"Kami orang Pesantren/Dayah punya cara dengan meningkatkan zikir dan do'a, jangan memaksakan orang lain, karena tidak ada zaman lagi hidup saling memaksakan, karena pemaksaan bahagian dari pelanggaran HAM", tutupnya
Viralkan Info ini Seluas-seluasnya ya...
Editor/Publiser: Sumadi
0 Komentar