Bertahan Hidup Dari Keajaiban, Dikasih Makan Kucing Piaraan, Membawa Winarto Jadi Kepala Dinas Pendidikan.
Bertahan Hidup Dari Keajaiban, Dikasih Makan Kucing Piaraan, Membawa Winarto Jadi Kepala Dinas Pendidikan.
Pertapakendeng.com,
PATI- Melihat karier Winarto yang gemilang menyandang predikat Kepala Dinas Pendidikan, tidak disangka bahwa winarto. S. Pd. M.Hum. Sewaktu kecil mengalami pengalaman pahitnya kehidupan. Pengalaman hidup itulah yang membentuk dan menjadikan Winarto yang sekarang. Berlatarbelakang yang demikian, bila mendengar ada siswa yang berkekurangan beliau langsung terpanggil untuk membantu anak didik yang bersangkutan. Winarto kecil memang lahir dari orang yang berkecukupan.
Ayahnya yang seorang saudagar gabah, termasuk karier bergengsi di desa pada masanya, dan ibunya yang seorang pedagang emas yang memiliki toko di bilangan tengah kota Kretek. Namun karena sang ayah terkena ilmu gendam sampai semua uang diserahkan, dan ibu yang tokonya dirampok habis-habisan, maka kejayaan keluarga besar Winarto kecil tinggal kenangan. Dalam kondisi yang serba tidak memungkinkan, hidup yang tidak tentu, dan nasib yang tidak bersahabat, maka semua keluarganya merantau meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di ibu kota Metropolitan. Sementara Winarto kecil yang masih duduk di bangku kelas 6 SD memilih untuk tetap tinggal di rumah kenangan, Kudus, desa Pasuruhan, Jati Kecamatan.
Kini Winarto sudah tidak lagi Winarto dua tahun lalu yang serba berkecukupan. Hidup sebatang kara, tinggal di rumah sendirian bagai kaki tanpa rowang, untuk mengganjal perut kosong terkadang hanya menunggu belas kasihan dari saudara dan tetangga yang bersebelahan. Sehari makan sekali terpaksa harus dijalani.
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu. Kutipan lagu Iwan Fals tersebut adalah bagian dari kisah nyata yang dialaminya. sekolah sambil bekerja dari jadi buruh tenun kain di home industri tetangga sampai kerja serabutan yang penting bisa menyambung hidup. Ditempa kerasnya hidup tanpa hadirnya kasih sayang orang tua, Winarto mampu bertahan hingga lulus SMP.
Tiga tahun berlalu, kini Winarto sudah beranjak dewasa, sedikit bangga mengenakan seragam pertama masuk SMEA. Pada saat yang sama ketika Winarto melangkah hendak sekolah, bagai ketiban rembulan, sang ayah-pun pulang.
Hati bertanya, Nak....kamu mau kemana? Sekolah pak...
Sang ayah menjerit sembari memeluk Winarto erat, bergetar bibir bertanya, "siapaa yang membiayaimu sekolah?", bapak bertanya.
"Saya kerja jadi buruh, mocok seadanya Bapak", Winarto menjawab dengan menahan air mata......
Kisah tak diteruskan, penulis menangis....
Usaha sang ayah sebagai pedagang buah di Jakarta sudah mulai menampakkan hasil. Bujuk rayu bapak agar Winarto turut bersama ke metropolitan meninggalkan kampung halaman, namun jiwa kemandirian seorang Winarto tuk tetap berjuang menerjang kerasnya kehidupan tetap jadi pilihan.
Karir Winarto sebagai Kepala Dinas Pendidikan Pati dimulai dari seorang guru daerah pinggiran sejak 1988 silam. Selama 32 tahun menggeluti dunia pendidikan membuatnya mengetahui seluk beluknya. Pria yang menjabat sebagai kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pati ini sudah banyak membuat gebrakan dan terobosan baru, sehingga banyak memberi kemajuan dalam dunia pendidikan di Pati.
Salah satu gebrakanya yakni,dengan pengalamannya sebagai guru dan kepala sekolah selama 31 tahun , Winarto memberlakukan kontrak perbaikan nilai ujian siswa dan prestasi lomba siswa, dengan semua sekolah di Pati yang berjumlah lebih dari 1000 sekolah SD-SMP ,dan ternyata berhasil mendongkrak nilai dan prestasi berbagai lomba siswa.
Winarto mengikuti seleksi jabatan sebagai kepala Disdikbud Pati karena ingin bermanfaat secara luas di dunia pendidikan di Pati. Jika hanya menjadi kepala sekolah, maka lingkupnya hanya satu sekolah. Sehingga dengan menjabat sebagai kepala Disdikbud Pati, bisa memajukan pendidikan di Pati.
Ia terpilih menjadi kepala Disdikbud pada Januari 2019. Namun sudah mempersiapkan diri sejak Januari 2018. Winarto mempersiapkan semuanya. Termasuk karya tulisan yang telah ditulisnya sejak menjadi guru dan kepala sekolah menjadi nilai plus dalam seleksi jabatan.
Alumni S2 Pendidikan Sejarah UNDIP Semarang ini sudah menjadi guru sejak 1988 silam. Kali pertama ia menjadi guru di SMPN 1 Batangan selama 19 tahun. Setelah itu menjadi kepala SMPN 2 Puncakwangi, kepala SMPN 1 Jaken, dan terakhir menjadi kepala SMPN 3 Pati sebelum terpilih menjadi kepala Disdikbud Pati.
Selama menjadi kepala sekolah, ayah tiga anak ini tergolong berprestasi. Suami dari Sri Suci Rahayu Ningsih ini pernah menyabet kepsek berprestasi tingkat Jateng 2016, juara kepsek bermutu tingkat nasional 2017, kepsek berdedikasi, dan sederet prestasi lainnya. Di bawah komandonya, SMPN 3 Pati juga banyak meraih prestasi.
Kesibukannya di dunia pendidikan tak dipermasalahkan keluarganya. Winarto mengaku setiap hari bangun pukul 03.00. Setelah itu ia ikut membersihkan rumah. Keluarganya sudah memahaminya dan mendukung karir pria kelahiran Kudus, 12 September 1963 ini, karena amanah dan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
(Wawancara eksklusif oleh team Pertapa kendeng)
Editor/Publiser: Sumadi
1 Komentar
Sudah tidak diragukan lagi sepak terjang beliau Bpk. Winarto dalam dunia pendidikan, khususnya di wilayah Kabupaten Pati.
BalasHapusGood info Bang Admin