Centra Produksi Olahan Keong Emas Di Baturejo, Kampung Samin Sikep
Centra Produksi Olahan Keong Emas Di Baturejo, Kampung Samin Sikep
Keong jangan asem ala Samin Sikep
Pertapakendeng.com
Pati - 27 Juni 2021
Keong mas adalah salah satu biota air yang begitu akrab dengan kehidupan petani, merupakan salah satu faktor penghambat produktivitas padi termasuk organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyerang tanaman padi. Selain itu ada pula tikus, penggerek batang, wbc, dan tungro.
Ada juga yang menyebut Keong mas sebagai siput murbei,salah satu jenis keong air tawar. Keong mas hidup biasanya di kolam, rawa, sawah irigasi, saluran air dan areal yang selalu tergenang. keong mas mengubur diri dalam tanah yang lembab selama musim kemarau. Bisa berdiapause selama 6 bulan, kemudian aktif kembali jika tanah diairi.
Keong mas identik dengan hama padi dan musuh petani. Petani bisa gagal panen bila hama keong mas ini menyerang tanaman padi .
Namun tahukah anda, bahwa dibalik Sifat keong mas yang merugikan dan menjadi musuh abadi bagi petani memiliki nilai ekonomis tinggi?
Gapura Masuk Kampung Samin Sikep
Adalah desa Baturejo, merupakan "Centra Produksi Keong" berbatasan dengan wilayah Kudus bagian selatan, Dengan luas lebih kurang 1.250 ha, dan lahan pertanian mencapai 1.200 ha ini, memanfaatkan melimpahnya hama keong mas yang meresahkan dan mengganggu petani.
Para pengais keong emas di desa ini cukup banyak hingga tak terdata, entah sampai berapa orang yang beralih profesi sebagai pengais keos di sawah.
Togok, begitu orang menyapa, "hari ini dapat berapa Gok?,"
"Iki oleh duit satus pitung puluh", jawab togok saat ditanya teman seprofesinya.
Di tingkat pengepul, harga keong emas bisa mencapai rp 10.000,-. Sedangkan dalam sehari seorang pencari keong bisa mendapatkan 10 sampai dengan 30 kg keong kupas tanpa cangkang.
"Namun sekarang lagi musim susah mencari keong. Terkadang cuma dapat 5 kg". Tutur Yono yang biasa mencari keong.
Dalam sehari produksi keong emas mencapai 1 ton hingga 1,5 ton keong kupas tanpa cangkang.
Sulastri, salah satu pengepul keong emas yang sudah bergelut sebagai pengepul beralamat di dukuh Bombong Saminan, rt 09 rw 02, Baturejo lebih kurang sudah berjalan selama 15 tahun.
Mbak Tri, panggilan akrabnya, mengaku bahwa keong ini pembelinya dari luar daerah. Ada yang Solo, Sragen, Magelang, Wonosobo, Juana, Rembang, Semarang. Namun kondisi saat ini perolehan keong kurang maksimal, sehingga masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Untuk Cilacap sendiri permintaan 1 ton per hari.
Memang, keong yang dulu kurang dilirik dari segi manfaatnya, kini justru menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi.
Semula keong hanya menjadi santapan para penikmat kuliner trotoar dan pedagang kaki lima, kini sudah menjadi konsumsi kelas menengah ke atas. Karena sekarang di restoran juga menyajikan masakan keong mas, yang dulu sebagi santapan khas sedulur Samin Sikep Keluarga besar Mbah Suro Sentiko Samin.
Sedulur Samin Sikep yang mengandalkan mencari nafkah dengan cara memanfaatkan lingkungan dan bertani ini, merasa tak terpengaruh oleh anjloknya perekonomian Indonesia yang sebabkan pandemi Covid-19.
Satu hal yang perlu jadi perhatian pemerintah secara serius adalah pengelolaan limbah cangkang keong.
Karena selama ini warga sedulur Sikep membuag limbah cangkang keong belum dikelola dengan baik. Ada yang ditimbun di pekarangan, di samping rumah, ada pula yang membuang limbah keong di kali(sungai). Tentunya ini jadi masalah. Selain penyebab sedimentasi, penyumbatan air juga mengancam keselamatan bila terinjak.
(Sumadi Samin)
0 Komentar